Dalam lima tahun mendatang, ekonomi global dihadapkan pada serangkaian risiko yang kompleks dan saling terkait, yang berpotensi mengganggu stabilitas dan pertumbuhan ekonomi, termasuk di Indonesia.
Berdasarkan pemetaan risiko oleh Bappenas, sembilan risiko utama yang perlu diwaspadai telah diidentifikasi, disusun dari risiko tertinggi hingga terendah. Kesembilan risiko ini mencakup ancaman lingkungan, geopolitik, teknologi, dan pasar keuangan.
1. Kegagalan Climate Action
Risiko tertinggi yang dihadapi adalah kegagalan dalam mengambil tindakan yang efektif terhadap perubahan iklim. Kegagalan ini dapat menyebabkan peningkatan suhu global, kenaikan permukaan laut, dan bencana alam yang lebih sering dan lebih parah. Dampaknya meluas dari gangguan produktivitas sektor pertanian dan perikanan hingga kerusakan infrastruktur dan peningkatan biaya mitigasi dan adaptasi.
2. Cuaca Ekstrem Seiring Perubahan Iklim
Cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi sebagai akibat dari perubahan iklim juga menjadi ancaman signifikan. Fenomena seperti badai, banjir, dan kekeringan dapat mengganggu aktivitas ekonomi, merusak infrastruktur, dan menurunkan hasil pertanian. Sektor-sektor yang sangat bergantung pada kondisi cuaca, seperti pertanian dan pariwisata, akan merasakan dampak langsung dari perubahan ini.
3. Deglobalisasi
Deglobalisasi atau penurunan keterhubungan dan kerja sama ekonomi antarnegara dapat menyebabkan peningkatan proteksionisme dan hambatan perdagangan. Ini akan mengurangi efisiensi global dalam produksi dan distribusi barang dan jasa serta memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Negara-negara yang bergantung pada ekspor dan investasi asing, termasuk Indonesia, akan sangat terpengaruh oleh tren ini.
4. Krisis Lapangan Kerja
Perkembangan teknologi yang cepat dan otomatisasi dapat menyebabkan krisis lapangan kerja dengan menghilangkan pekerjaan tradisional tanpa menciptakan pekerjaan baru yang setara. Resesi ekonomi dan deglobalisasi juga bisa memperburuk situasi ini, meningkatkan tingkat pengangguran dan ketidakstabilan sosial, serta menurunkan daya beli masyarakat.
5. Krisis Utang
Tingkat utang yang tinggi di banyak negara, baik maju maupun berkembang, berisiko menimbulkan krisis utang. Ketidakmampuan negara untuk memenuhi kewajiban pembayaran utangnya akan mengakibatkan ketidakstabilan keuangan global, depresiasi mata uang, dan penurunan kepercayaan investor, yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global.
6. Konfrontasi Geoekonomi
Konfrontasi geoekonomi, seperti perang dagang dan sanksi ekonomi, dapat mengganggu aliran perdagangan dan investasi internasional. Konflik semacam ini sering kali menyebabkan ketidakpastian pasar, mengurangi kepercayaan investor, dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Negara-negara yang terlibat dalam konfrontasi ini juga berisiko mengalami penurunan ekonomi domestik yang signifikan.
7. Risiko Kegagalan Cybersecurity
Ketergantungan yang semakin besar pada teknologi digital membuat ekonomi global rentan terhadap serangan siber. Kegagalan dalam melindungi infrastruktur digital dapat mengakibatkan kerugian finansial besar, gangguan operasional, dan hilangnya data penting. Ancaman ini semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi dan meningkatnya keterhubungan digital.
8. Biodiversity Loss
Kehilangan keanekaragaman hayati akan mengganggu ekosistem dan layanan ekosistem yang penting bagi kelangsungan hidup manusia dan ekonomi. Sektor-sektor seperti pertanian, perikanan, dan pariwisata sangat bergantung pada keanekaragaman hayati. Kehilangan ini juga bisa mengurangi kemampuan alam untuk menyerap karbon, sehingga memperburuk perubahan iklim.
9. Asset Bubble Burst
Peningkatan harga aset yang cepat dan tidak berkelanjutan dapat menyebabkan gelembung aset. Ketika gelembung ini pecah, nilai aset akan jatuh dengan cepat, mengakibatkan kerugian besar bagi investor dan lembaga keuangan. Hal ini dapat memicu krisis keuangan, mengganggu pasar keuangan, dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Menghadapi risiko-risiko ekonomi global yang semakin kompleks dan beragam memerlukan pendekatan yang terintegrasi dan proaktif. Kerjasama global menjadi kunci dalam mengatasi tantangan lintas batas, dengan negara-negara bekerja sama untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengelola risiko secara efektif. Melalui kerjasama ini, dapat dilakukan pertukaran informasi, pengembangan kebijakan bersama, serta koordinasi tindakan untuk menghadapi risiko secara bersama-sama.
Selain itu, kebijakan ekonomi yang adaptif sangat penting dalam mengantisipasi dan mengelola risiko-risiko ini. Negara-negara perlu memiliki kebijakan yang fleksibel dan responsif terhadap perubahan kondisi ekonomi dan lingkungan global. Hal ini termasuk di dalamnya mengadopsi kebijakan fiskal dan moneter yang sesuai dengan keadaan ekonomi, memperkuat regulasi pasar finansial, dan merespons dinamika perdagangan global dengan cepat.
Tidak kalah pentingnya adalah kesiapan dalam menghadapi perubahan dan tantangan yang dinamis. Negara-negara harus memiliki kapasitas yang memadai untuk menghadapi perubahan teknologi, iklim, dan geopolitik yang cepat. Ini melibatkan investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi baru, peningkatan keterampilan tenaga kerja, serta pembangunan infrastruktur yang tangguh dan berkelanjutan.
Selanjutnya, berinvestasi dalam teknologi hijau menjadi kunci dalam mengurangi dampak risiko-risiko lingkungan. Teknologi hijau tidak hanya membantu mengurangi emisi karbon dan polusi lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang baru untuk pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Negara-negara perlu mendorong inovasi dalam teknologi hijau melalui insentif fiskal, dukungan penelitian dan pengembangan, serta regulasi yang mendukung.
Tidak ketinggalan, memperkuat sistem perlindungan sosial merupakan langkah penting dalam mengurangi kerentanan masyarakat terhadap risiko ekonomi. Sistem perlindungan sosial yang kuat dapat memberikan jaminan keamanan ekonomi bagi masyarakat, melindungi mereka dari kemiskinan, pengangguran, dan krisis ekonomi. Ini meliputi peningkatan akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan jaminan sosial, serta pemberian bantuan sosial bagi yang membutuhkan.
Terakhir, pengembangan kebijakan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan menjadi landasan bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan ini harus memperhatikan keadilan sosial, mengurangi kesenjangan ekonomi, dan memberikan kesempatan yang adil bagi semua lapisan masyarakat. Dengan mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan, kita dapat menciptakan ekonomi yang tidak hanya tumbuh, tetapi juga inklusif dan ramah lingkungan.
Dengan pendekatan yang tepat, termasuk kerjasama global, kebijakan ekonomi yang adaptif, investasi dalam teknologi hijau, penguatan sistem perlindungan sosial, dan pengembangan kebijakan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kita dapat menjaga stabilitas ekonomi dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan meski dihadapkan pada berbagai tantangan global. (ted)
DR. Abid Muhtarom, SE.,SPd.,MSE.,CNPHRP.,CHCP.,CTWP.,CETP.,CPHA.,C.GL.,CODP.,CFHA.,CNEP
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Lamongan